
Hidup itu pilihan. Kenapa? karena hanya manusia yang hidup jiwa raganya yang dapat melakukan pilihan-pilihan hidup. Manusia bebas memilih, menentukan bahkan melakukan keputusan-keputusan hidup yang akan dibarengi dengan konsekuensi-konsekuensi didalamnya. Misalnya, dia memutuskan untuk menikah, maka sudah sewajarnya kalau dia akan menghadapi konsekuensi dari keputusannya itu. Konsekuensi yang mudah dilihat adalah mencari nafkah untuk keluarga. Apakah cukup mencari nafkah? owh... ternyata tidak. Kalo boleh meminjam istilah musik ... dia akan terjun sepenuhnya dalam "blantika kehidupan keluarga" yang rumit dan memerlukan kesabaran dan strategi untuk mengurai kerumitan itu. Bagaimana membimbing keluarga ke jalan yang diridhoi Allah, bagaimana membangun komunikasi yang efektif bagi anggota keluarganya. Hubungan Bapak dan Ibu, hubungan Bapak Anak, hubungan ibu anak, hubungan anak dengan anak, bahkan hubungan keluarga tersebut dengan lingkungan dimana dia tinggal. Semuanya membutuhkan strategi bahkan seni berkomunikasi agar kehidupan keluarga tersebut berjalan normal dan dapat mencapai tujuan dan cita-cita keluarga, yaitu mawaddah wa rohmah sehingga menjadikan rasa yang aman, nyaman dan terwujud rumahku syurgaku.
Mudahkah untuk mencapainya? Jawabannya bisa
ya bisa
tidak, semua kembali kepada pribadi masing-masing anggota keluarga itu. Dijawab
Ya apabila dalam anggota keluarga telah tercipta komunikasi terbuka yang tidak ada lagi yang harus disembunyikan dalam membina keluarga. Seorang suami secara terbuka mampu mengkomunikasikan keinginan, harapan, dan arah yang akan dicapai dalam membangun keluarga. Seorang istri secara terbuka mampu menjadi pendamping sekaligus penguat misi yang telah dicanangkan keluarga. Seorang anak mampu secara terbuka menyampaikan permasalahannya baik permasalahan pribadi maupun dengan temannya kepada kedua orang tuanya.
Tentunya ... itu semua tidak mudah. Diperlukan latihan-latihan selama proses berjalannya sebuah keluarga. Belum lagi problem dari lingkungan, baik lingkungan kerja suami, istri maupun lingkungan sekolah anak-anaknya jika anaknya masih usia sekolah.
Jadi ... itulah hidup ... hidup penuh warna ... bak pelangi yang menggores langit dengan warnanya yang indah. Akan terasa indah hidup ini, bila bewarna seperti warnanya pelangi. Enak dipandang, dan orang yang memandangnya tidak ingin pelangi itu cepat-cepat pergi atau hilang dari pandangan.
al faqir
saya suka tulisan yang ini pak,.. semangat!! :)
ReplyDeletesetelah 10 thun "mengarungi lautan kehituan" terasa banget ujian dari segala penjuru diri, pasangan,anak, ttangga, kompleks ... tpi smua itu kan tergantung bgaimana kita menyikapi ...
ReplyDeletethx responnya .. :)
Post a Comment