Menulis itu Gampang "katanya"

Malas dan tidak menguasai topik berada di urutan teratas daftar hambatan menulis. Setidaknya, itulah hasil ”survei” yang terungkap saat saya memulai presentasi materi ”Hambatan Menulis dan Cara Mengatasinya” pada Pelatihan Professional Writing di Grand Preanger Bandung, Kamis (20/5).
Mengawali pelatihan, saya meminta semua peserta (sekitar 20 orang dari berbagai daerah di Indonesia dan berbagai instansi) menuliskan hambatan atau kendala yang mereka hadapi dalam menulis. Mereka lalu membacakanya dan saya tanggapi sekaligus memberikan solusi alternatif.
Tidak sempat (kendala waktu), bingung memulai, takut jelek, dan ”suka tidak fokus” adalah hambatan menulis lainnya yang mereka kemukakan.
Dengan menuliskan hambatan-hambatan tersebut, saya juga menunjukkan kepada peserta bahwa semua orang bisa menulis –secara sukarela ataupun terpaksa.

Hambatan Menulis

Dalam bahasa Inggris, hambatan menulis disebut Writer’’s Block, Obstacle to Writing, dan Writing Anxiety. Wikipedia.org mendefinisikan “Writer’’s block” sebagai “a condition, associated with writing as a profession, in which an author loses the ability to produce new work.”
Dari berbagai sumber, hambatan-hambatan tersebut antara lain “tidak mood” alias malas. Untuk mengatasinya, memotivasi diri dengan mengingat dan “menikmati” risiko menulis, seperti ”populeritas”, terima honor atau royalti, sehat (karena menulis itu menyehatkan jiwa-raga), dan “self branding” atau “self promotion”. Dengan menulis, orang (pembaca) akan mengetahui kualitas dan kompetesi kita; orang mengetahui seberapa ”bloon” dan ”cerdas”-nya si penulis.
Jadi, satu-satunya cara mengatasi rasa malas adalah memotivasi diri sendiri. Ada pepatah: orang malas lebih buruk daripada orang bodoh. Orang bodoh bisa diajari, orang malas hanya dia yang bisa mengatasinya. Kepada orang malas, kita hanya bisa memotivasi –atau memaksa!
Hambatan lai adalah ”tidak punya ide”. Itu persepsi yang salah karena ide ada di mana-mana. Ok, jika tidak tahu harus menulis apa, solusinya: baca, read, iqra! Cermati peristiwa aktual, kritisi, tanggapi, dan tuliskan opini kita tentang peristiwa atau isu tersebut.
Soal waktu, semua orang memiliki waktu 24 jam per hari. Jadi, luangkan! Orang yang termotivasi untuk menulis, pastinya, secara gitu, akan meluangkan waktu untuk menulis.
Tidak menguasai topik adalah hambatan berikutnya. Kiranya, itu bukan lagi hambatan karena ada Mbah Google, perpustakaan, berita dan artikel tentang berbagai tema ”berserakan” di dunia maya. So, go googling!
Bagaimana memulai? Simpan tema, judul sementara, buat outline tulisan, dan lakukan Free Writing (composing rough/first draft!). Just write! Write first, edit later! Tuliskan saja apa yang ada di kepala, yang ingin disampaikan, dan abaikan dulu akurasi ejaan, kata, kalimat, dan data. Yang penting, tuliskan! Setelah itu, tulis ulang, revisi, dan edit!
“Free Writing: A discovery (or prewriting) strategy intended to encourage the development of ideas without concern for the conventional rules of grammar and usage” (Wikipedia).
Hambatan lain, ”takut tulisan jelek”. Tidak ada tulisan jelek selama ide dan isi tulisannya orisinil hasil pemikiran penulis. Tulisan jelek hanyalah hasil plagiarisme! Bahka, jika Anda hanya merangkum berbagai pendapat menjadi tulisan baru, itu pun sah secara jurnalistik, janga lupa sebutkan sumber kutipannya.
Jika Anda menulis untuk suratkabar, jangan khawatir, di media massa selalu ada editor yang bertugas menyeleksi dan memperbaiki (mengedit) naskah sebelum dimuat.
Solusi Versi Ehow.com
  1. Carry a notepad and pen or pencil everywhere so that you can write down anything at any time.
  2. Create a quiet place with good lighting.
  3. Set aside a little time each day to write. Perhaps, begin with 10 minutes a day.
  4. If we think we don”t know what to write, write about anything that comes to mind.
  5. Don”t judge your writing, just write.
  6. Creating a blog encourages you to write. (ehow.com).*
Solusi Versi About.com
  1. Sit down at a desk with pen and paper, ideally in some quiet place, though freewriting can be done anywhere.
  2. Decide beforehand that you will only be writing for ten minutes (longer if you”d like) and that you will not stop before that time is up. Set a timer or an alarm.
  3. Write without stopping until the timer goes off. Do not lift your pen from the paper, even if this means writing, “I don”t know what to write,” over and over again. Write nonsense, write anything, but don”t stop writing. (About.com).

Romelteas’ Formula: Just Write!

Masih belum bisa nulis? Gunakan “template” berikut untuk berlatih menulis. Ini untuk pemula yang benar-benar sama sekali belum bisa menulis atau belum membuktikan diri bahwa dia bisa menulis.
Ganti kata ”ANU” dengan tema atau topik yang Anda ingin tulis
  • “Saya ingin menulis tentang ANU. Menurut saya, ANU itu… karena… Buktinya…”
  • ”Tadi saya baca/dengar/tonton berita tentang ANU. Menurut saya, ANU itu begini, begitu, karena saya pikir ANU itu merupakan….”
  • ”Saya tidak tahu harus mulai dari mana. Yang ingin saya tuliskan di sini adalah tentang ANU. Menurut saya ANU itu penting dibahas kerena…”
Saat ini, cara terbaik untuk berlatih menulis adalah ngeblog. Ingat kata ehow.com: “Creating a blog encourages you to write!” Bukan FB! Gunakan salah satu Romelteas’ Formula tadi untuk mengawali posting Anda di blog.

Post a Comment

Previous Post Next Post